Sesuai nasehat Para Ahli Agama Islam/ Ustad /Ulama, jika kita bangun tengah malam dan kita membaca Kitab Suci AL Quran dimalam hari, maka In Syaa ALLAH, kita dapat lebih meresapi makna dari ayat suci yang diturunkan oleh ALLAH dalam Kitab Suci AL Quran.
Mungkin karena suasananya sepi di malam hari dimana kebanyakan manusia sedang istirahat tidur, sehingga dalam keheningan malam rasanya nyaman dan tidak tergesa-gesa didalam membaca ayat suci AL Quran tersebut.
Mungkin karena suasananya sepi di malam hari dimana kebanyakan manusia sedang istirahat tidur, sehingga dalam keheningan malam rasanya nyaman dan tidak tergesa-gesa didalam membaca ayat suci AL Quran tersebut.
Hal diatas sesuai penjelasan dari Imam an Nawawi dalam Buku Al Adzkar an-Nawawi yang menyebutkan waktu -waktu yang diutamakan membaca Al Quran.
Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar an-Nawawi menyebutkan waktu-waktu yang diutamakan membaca Al-Quran. Menurut Imam an-Nawawi, ada waktu-waktu tertentu yang disebut lebih utama untuk membaca Al-Qur’an.
"SALIN"
Pertama, waktu malam. Mulai dari tenggelamnya matahari sampai terbitnya fajar. terutama di paruh waktu malam, mulai jam 12 malam sampai terbit fajar. Ini disebut Imam an-Nawawi sebagai waktu yang paling utama. Sedangkan antara Maghrib sampai Isya di sebut waktu yang dianjurkan (mahbubah)
Kedua, waktu siang. Adapun yang paling utama di waktu siang ini adalah setelah shalat subuh. Menurut Imam an-Nawawi, tidak ada waktu yang dimakruhkan dalam membaca Al-Quran, walaupun di waktu-waktu yang dimakruhkan untuk shalat.
"Selesai Salin"
Berdasarkan keterangan diatas, maka Penulis tadi malam sewaktu bangun dari tidur malam, Alhamdulillah membuka Kitab Suci AL Quran dan membaca Tema "Menginfakan Harta di Jalan ALLAH yang terdapat dalam : Surat Al Baqarah surat 2 ayat 261, ALLAH memberi perumpamaan.
Terjemahan : 261
Perumpamaan orang yang menginfakan hartanya dijalan ALLAH seperti sebutir biji yang menumbuhkan 7 (tujuh) tangkai, pada setiap tangkai ada 100 (seratus) biji. ALLAH melipat gandakan bagi siapa yang dikehendaki. Dan ALLAH Maha Luas dan Maha Mengetahui.
Kita dapat amati bahwa ALLAH didalam menerangkan hikmah dalam Kitab Suci AL Quran seringkali memberikan perumpamaan dengan sesuatu yang diciptakan oleh ALLAH, dimana dalam perbuatan orang yang melaksanakan infak atas harta kita dijalan ALLAH, ALLAH memberikan perumpamaan dengan tumbuhan ciptaan ALLAH, yaitu seperti sebutir biji yang menumbuhkan 7 (tujuh) tangkai, dimana setiap tangkai ada 100 ( Seratus) biji.
Dengan menggunakan akal kita (dimana akal kita adalah diciptakan dan diberikan oleh ALLAH kepada setiap orang yang diciptakan oleh ALLAH), maka didalam membaca perumpamaaan yang diberikan oleh ALLAH, dalam Surat Al Baqarah ayat 261 Kitab Suci AL Quran, maka kita dapat memperoleh gambaran bahwa :
Setiap tangkai ada 100 (seratus) biji, sehingga 7 (tujuh) tangkai dikalikan dengan 100 (seratus) akan menjadi 700 (Tujuh ratus) Biji.
Maka ALLAH melipat gandakan infak kita dengan 700 (Tujuh ratus) kali lipat bagi siapa yang dikehendaki oleh ALLAH. Dan ALLAH Maha Luas dan Maha Mengetahui.
Kita sebagai orang yang beriman, haruslah yakin dengan firman ALLAH diatas, kita sangat tercerahkan, dimana ALAH meminta kita untuk "tidak boleh ragu-ragu" dengan firman ALLAH.
- KITAB SUCI AL QURAN TIDAK ADA KERAGUAN MERUPAKAN PETUNJUK BAGI ORANG YANG BERTAQWA
Pada Surat AL Baqarah ayat 2, dikaitkan dengan ayat 3, 4 dan ayat 5 dari Surat AL Baqarah ini, ALLAH berfirman :
Kitab Suci Al Quran ini "tidak ada keraguan" padanya merupakan petunjuk bagi mereka yang bertaqwa yaitu mereka yang beriman kepada :
(a) yang gaib,
(b) melaksanakan sholat, dan
(c) "menginfakan sebagian rejeki" yang Kami berikan kepada mereka,
(d) beriman kepada (AL Quran) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang diturunkan sebelum engkau {catatan kaki : yang turunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad S.A.W., ialah Taurat, Zabur, Injil dan suhuf-suhuf (lembaran-lembaran yang tidak seperti kitab} dan
(e) mereka yakin akan hari akhirat.
...merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya, dan mereka itulah oang yang beruntung.
Karena Penulis berprofesi sebagai "Business Lawyer", Penulis terbiasa mengacu pada dasar hukum, didalam membuat pandangan hukum, advis hukum, membuat perjanjian /kontrak, maupun membuat artikel hukum.
Dengan dasar latar belakang ini, maka terkait membaca Firman ALLAH dalam Kitab Suci AL Quran, maupun untuk mengetahui suatu tema atau peristiwa, yang terkait dengan ilmu agama islam, tentunya Penulis, akan mengacu kepada Surat dan ayat yang terdapat dalam Kitab Suci AL Quran, maupun Hadist sebagai Sumber informasi ilmu agama islam.
Dengan dasar latar belakang ini, maka terkait membaca Firman ALLAH dalam Kitab Suci AL Quran, maupun untuk mengetahui suatu tema atau peristiwa, yang terkait dengan ilmu agama islam, tentunya Penulis, akan mengacu kepada Surat dan ayat yang terdapat dalam Kitab Suci AL Quran, maupun Hadist sebagai Sumber informasi ilmu agama islam.
Sehubungan dengan hal ini, Penulis merasakan sekali ada "perbedaan yang sangat mendasar" antara Sumber Hukum buatan manusia yang dapat berupa Undang-undang (produk Politik Eksekutif - Penguasa dan DPR /Parlemen) atau adat kebiasaan - yang merupakan dasar hukum buatan manusia, dibandingkan dengan Kitab Suci Al Quran.
Kita sebagai orang beriman dari kaum Muslim / Islam, diberitahukan oleh ALLAH dalam beberapa Surat dan ayat dalam Kitab Suci AL Quran, bahwa :
Kitab Suci AL Quran adalah merupakan "Wahyu langsung" dari ALLAH yang "sama sekali TIDAK ADA campur tangan dan intervensi atau editan" dari manusia atas Kitab Suci dari ALLAH tersebut.Maka kita sebagai penganut Muslim yang beriman, diberitahukan oleh ALLAH maupun sabda dari Rasul Muhammad S.A.W. bahwa :
semua isi Kitab Suci AL Quran ini, adalah merupakan Wahyu,yang disampaikan oleh ALLAH melalui Malaikat Djibril kepada Rasul /Nabi Muhammad S.A.W., sebagaimana seringkali di acu dalam Kitab Suci Al Quran maupun Hadist dari Rasul / Nabi Muhammad S.A.W. dimana Wahyu dari ALLAH dalam Kitab Suci AL Quran sama sekali bukanlah perkataan atau ucapan dari Nabi Muhammad S.A.W.
Maka berangkat dari konsep keimanan - keyakinan diatas, kita sebagai orang muslim harus berusaha secara istiqomah - tekun, teguh, konsisten bertaqwa dan beriman, dengan memaksakan diri kita untuk mau membaca isi Kitab Suci AL Quran, serta Hadist Nabi Muhammad S.A. W. dan mendengarkan tausyiah / ceramah dari Para Ustadz.
Terkait hal ini didalam Era Informasi saat ini, kita bisa banyak mendapatkan data dari Website maupun You Tube dari Para Ustadz maupun penulisan terkait ilmu agama di Website atau Blog.
Sesuai Firman ALLAH di Surat Al Baqarah Surat 2 ayat 1, 2, 3 ,4 dan 5 sebagaimana diacu diatas, maka kita kaum beriman penganut Muslim, "harus yakin beriman dan percaya tanpa-ragu-ragu" bahwa Kitab Suci AL Quran adalah Kitab Wahyu dari ALLAH, yang diturunkan kepada Rasul / Nabi Muhammad S.A.W, melalui malaikat Djibril, dan harus beriman kepada Kitab-Kitab Suci terdahulu yang diturunkan oleh ALLAH berupa Wahyu yang diturunkan kepada Para Nabi/Rasul sebelum Nabi Muhammad S.A.W.
Terkait hal ini didalam Era Informasi saat ini, kita bisa banyak mendapatkan data dari Website maupun You Tube dari Para Ustadz maupun penulisan terkait ilmu agama di Website atau Blog.
Sesuai Firman ALLAH di Surat Al Baqarah Surat 2 ayat 1, 2, 3 ,4 dan 5 sebagaimana diacu diatas, maka kita kaum beriman penganut Muslim, "harus yakin beriman dan percaya tanpa-ragu-ragu" bahwa Kitab Suci AL Quran adalah Kitab Wahyu dari ALLAH, yang diturunkan kepada Rasul / Nabi Muhammad S.A.W, melalui malaikat Djibril, dan harus beriman kepada Kitab-Kitab Suci terdahulu yang diturunkan oleh ALLAH berupa Wahyu yang diturunkan kepada Para Nabi/Rasul sebelum Nabi Muhammad S.A.W.
- KONSEP AQIDAH KETAUHIDAN - MONOTEISME
Kitab - kitab Suci ALLAH, yang diturunkan ALLAH kepada para Rasul /Nabi pada Pokoknya berisi "Aqidah Ketauhidan - Monotheism", untuk beriman dan hanya menyembah dan mengabdi kepada "ALLAH Yang Maha Esa", dimana :
ALLAH adalah Tuhan yang bergantung kepada-NYA segala sesuatu,
ALLAH tidak beranak dan tidak pula diperanakan, dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan ALLAH sesuai dengan Surat Ikhlas (Memurnikan Ke-Esaan ALLAH) Surat ke 112 - Turun di Mekah - Makiyah - 4 ayat.
Ke-esaan ALLAH ini haruslah disampaikan dan didawahkan oleh Para Rasul/Nabi kepada umatnya, dimana Rasul Nabi Muhammad S.A.W adalah merupakan Rasul /Nabi penutup di akhir zaman ini, dari Para Rasul/ Nabi sebelumnya.
Konsep menyerahkan diri kepada ALLAH Yang Maha Esa (Islam /Muslim) adalah Konsep Ketauhidan - Monotheism dari seluruh Rasul dan Nabi yang diutus oleh ALLAH kedunia ini.
Kita ketahui, bahwa dalam perjalanan waktu, Nabi Ibrahim sebagai Pelopor Ke-Tauhidan - Monotheisme diutus oleh ALLAH kepada Raja Namrudz di Babilonia pada sekitar tahun 2200 Sebelum Masehi ("SM") (Foot Note: Wikipedia), dimana Namrudz yang diberikan kerajaan oleh ALLAH ternyata menjadi sombong, bahkan telah menuhankan dirinya sendiri seperti Firaun;
Terkait dengan Firaun, kita mengetahui bahwa ALLAH mengutus Rasul Musa dan Nabi Harun untuk mengingatkan dan berdakwah kepada Firaun, dimana Firaun juga mengklaim dirinya sebagai tuhan.
Rasul /Nabi Musa . hidup pada sekitar tahun 1527 - 1407 Sebelum Masehi, dan Musa diangkat sebagai Rasul oleh ALLAH sekitar tahun 1450 Sebelum Masehi, sesuai data yang Penulis peroleh dari Referensi https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/06/28/pb0y9p313-pengukuhan-kerasulan-musa-as
Rasul /Nabi Musa . hidup pada sekitar tahun 1527 - 1407 Sebelum Masehi, dan Musa diangkat sebagai Rasul oleh ALLAH sekitar tahun 1450 Sebelum Masehi, sesuai data yang Penulis peroleh dari Referensi https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/18/06/28/pb0y9p313-pengukuhan-kerasulan-musa-as
Pada masa Raja Namrud di Babilonia, banyak berhala yang disembah termasuk oleh Ayah (atau Paman) dari Ibrahim, dimana :
Nabi Ibrahim inilah yang diutus oleh ALLAH menjadi Rasul untuk mendawahkan Ketauhidan - Monotheism, kepada Raja Namrudz dan pengikutnya untuk hanya menyembah dan mengabdi kepada ALLAH, tiada tuhan melainkan ALLAH.
- Nuh adalah seorang rasul yang diceritakan dalam Taurat, Alkitab, dan Al-Qur'an. Nuh diangkat menjadi nabi sekitar tahun 3650 SM. Diperkirakan ia tinggal di wilayah Selatan Irak modern.
Dalam Kitab Suci AL Quran Surat ke 71 ALLAH menurunkan Surat Nuh yang terdiri dari 28 ayat. Penulis Copy CUT PASTE - Salin" dari https://tafsirweb.com/37317-surat-nuh.html
إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ أَنْ أَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ Arab-Latin: innā arsalnā nụhan ilā qaumihī an anżir qaumaka ming qabli ay ya`tiyahum ‘ażābun alīm
Terjemahan Arti: 1. Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”,
قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ qāla yā qaumi innī lakum nażīrum mubīn
2. Nuh berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu,
أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ ani’budullāha wattaqụhu wa aṭī’ụn
3. (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku,
"Selesai SALIN"
Pada masa Nabi Nuh, masyarakatnya berlaku syirik dengan menyembah berhala bernama Wadd, Suwwa, Yaghuts, ya'uq dan nasr sesuai surat Nuh ayat 23 Al Quran.
"Mulai SALIN"
wa qālụ lā tażarunna ālihatakum wa lā tażarunna waddaw wa lā suwā’aw wa lā yagụṡa wa ya’ụqa wa nasrā
23. Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”.
Penulis "menyalin Copy Cut Paste - Mulai SALIN " Tafsiran Al - Mukhtashar /Markaz Tafsir Riyadh dibawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah Bin Humaid ( Imam Masjidil Haram dari Referensi Website dibawah ini :
"Mulai Salin - Copy Cut Paste" :
23. وَقَالُوا۟ (Dan mereka berkata) Yakni para pemimpin berkata kepada para pengikut mereka untuk memperdaya mereka agar menyelisihi Nuh. لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ(Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu) Yakni janganlah kalian meninggalkan penyembahan tuhan-tuhan kalian, yaitu patung-patung dan gambar-gambar yang mereka miliki, yang kemudian disembah oleh orang-orang Arab setelah mereka. وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا(dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr)
TAFSIRANNYA :
Yakni janganlah berhenti menyembah patung-patung ini. Ini merupakan nama-nama orang shalih yang hidup pada rentang zaman antara Nabi Adam dan Nabi Nuh, namun kemudian kaum Nabi Nuh membuat patung mereka di tempat-tempat ibadah mereka. Kemudian datang generasi setelah mereka, dan Iblis membisikkan kepada mereka: “orang-orang sebelum kalian dahulu menyembah patung-patung ini, maka sembahlah ia.” Maka mereka menyembahnya; sehingga itulah pertama kali terjadi penyembahan berhala. Lalu patung-patung itu sampai di jazirah Arab dan disembah oleh sebagian kabilah.
"SELESAI SALIN - Copy Cut Paste"
Komentar Penulis terkait data mengenai Nabi Nuh diatas :
Kembali Ke Pembahasan Rasul Ibrahim :Berdasarkan data diatas, maka terlihat pada Era Nabi Nuh, yang menjadi Nabi sekitar tahun 3650 Sebelum Masehi, ternyata masyarakatnya banyak yang syirik menyembah penyembahan tuhan selain ALLAH, dan tidak mau mengikuti dakwah dari Rasul Nuh. Menurut ajaran Islam, Nabi Nuh adalah 10 generasi setelah Nabi Adam.
Dari Silsilah Nabi maka kita dapat ketahui bahwa : Nabi Ibrahim, menurunkan 2 (dua) garis keturunan silsilah para Rasul dan Nabi yaitu
(a) dari Nabi Ishak anaknya Nabi Ibrahim dari Sarah isteri Rasul Ibrahim yang pada jalurnya menurunkan garis keturunan para Nabi hingga Nabi Isa (600 Tahun sebelum Nabi Muhammad S.A.W.) dan
(b) dari Nabi Ismail anaknya Nabi Ibrahim dari Siti Hajar, yang pada jalur turunannya menurunkan Rasul /Nabi Muhammad S.A.W. sebagai Rasul Nabi Penutup diakhir zaman ini.
Penulis yang berlatar belakang praktek sebagai Business Lawyer lebih dari 30 Tahun semenjak tahun 1979/1980, dan sebelumnya Syukur Alhamdulillah telah mengecap pendidikan Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (Tahun 1973-1979/1980), tentunya terdidik untuk berusaha mencari "Kebenaran Dasar Hukum".
Terkait Ilmu Agama, Penulis berusaha mencari Kebenaran atas Sumber ajaran Ketauhidan - Monotheism, dimana karena banyak nama - nama Para Rasulnya/ Nabinya dari Penganut Agama Yahudi maupun Nasrani, maupun Islam "yang sama" antara lain Nabi Nuh, Rasul Ibrahim, Ismail Ishak, Ismail, Daud, Sulaiman, Yusuf, Yunus, Isa.
Maka jika pada "Fakta Kenyataan" terdapat atau terjadi "Adanya Perbedaan Konsep Mengenai Ketauhidan - Monotheisme" apalagi "hal yang sangat Penting dan Signifikan" bahwa :
ALLAH Maha Esa, ALLAH tidak beranak dan tidak diperanakan, tentunya dengan jarak tenggang waktu yang sangat jauh antara Rasul /Nabi Ibrahim yang diutus oleh ALLAH pada tahun sekitar Tahun 2200 Sebelum Masehi, Rasul /Nabi Isa Putera Maryam (600 tahun sebelum Nabi Muhammad diutus), nampaknya terjadi penyimpangan atas Kebenaran Ajaran Ketahuidan Monotheism oleh umat atau pengikut dari Para Rasul dan Nabi tersebut.
Maka untuk dapat mengetahui lebih dalam Ilmu Ketauhidan - Monotheism, nampaknya "kita tidak bisa terhindar" untuk berusaha mencari "Data Perbandingan Keyakinan ini" dari "Para Ahli Agama", yang mempunyai "Kekhususan" / "Spesialisasi Perbandingan Agama".
Dari data di Website dan Medsos, dapat kita amati bahwa dalam perjalanan pencarian "Kebenaran Hakiki Ketauhidan Monotheism" melalui Perbandingan Agama ini, banyak diantara mereka, dengan membaca segala Kitab Agama termasuk Kitab Suci Alquran, pada akhirnya telah menemukan atau mendapatkan Hidayah dan Petunjuk dari ALLAH bahwa semua Para Rasul dan Nabi telah diutus oleh ALLAH untuk mendakwakan bahwa Tidak ada Ilah selain ALLAH, dan hanya kepada ALLAH. manusia itu harus mengabid dan menyembah, dimana Para Utusan Nabi dan Rasul semuanya hanya Rausl/Nabi atau utusan dari ALLAH, termasuk Rsaul Nabi Isa.
Dalam Era Informasi tanpa batas pada saat ini, kita bisa temukan banyak sumber-sumber Tausyiah di You Tube yang menyajikan "Tema Perbandingan Agama" ini.
Hal ini, memang dirasakan hal "sangat sensitif", namun dari Perspektif Agama, adalah sangat penting untuk mencari "Kebenaran HAKIKI Jalan Yang Lurus - "Shirotol Mustaqim", terkait dengan Konsep Ke-Tauhidan - Monotheisme, yang diminta oleh ALLAH untuk didakwahkan oleh Para Rasul kepada Para Umatnya, guna :
Hal ini adalah sangat penting, karena jika kita "salah beriman" dengan Menyembah tuhan selain ALLAH, maka secara Konsep Ketauhidan - Monotheism, kita dapat jatuh masuk pada golongan Musyrikin atau Syirik, dimana ALLAH akan mengampuni dosa dari manusia, selain orang yang Syirik, atau menyembah tuhan selain ALLAH sesuai Surat An Nisa ayat 68 .jangan sampai kita "salah menyembah ALLAH" dengan sesuatu selain dari ALLAH, sebagaimana diajarkan oleh Para Rasul /Nabi baik sebelum Rasul /Nabi Muhammad S.A.W maupun setelah diutusnya Rasul /Nabi penutup di Akhir Zaman ini.
"Copy Cut Paste atau Mulai Salin" dari :
Di antara bahaya kesyirikan yang membuatnya menjadi perkara paling berbahaya bagi setiap manusia, adalah bahwa orang yang meninggal dalam keadaan membawa dosa selain syirik maka bisa jadi Allah adzab atau bisa jadi Allah ampuni.Adapun dosa syirik, maka tidak Allah ampuni. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48)
"Selesai Salin"
Maka guna meluruskan Aqidah Keimanan ini, tentunya kita harus mengandalkan kepada "Niat Kita yang Bersih Murni" dan sungguh-sungguh untuk mencari Kebenaran Ketauhidan - Monotheisme ini, semata-mata karena ALLAH Yang Maha Esa.
Maka kita wajib berusaha mempelajari Ilmu Agama, dan tidak hanya mengandalkan kepada Agama Keturunan atau KTP, melainkan harus mempelajari Ilmu Agama khususnya Mencari Kebenaran Hakiki Aqidah Keyakinan Ketauhidan - Monotheism.
Tentunya usaha ada di manusia namun Petunjuk dan Hidayah adalah Kehendak dari ALLAH Yang Maha Memberi Petunjuk dan Hidayah.
Memang sesuai Firman ALLAH dalam Surat Al Baqarah ayat 272 Petunjuk atau Hidayah itu datangnya dari ALLAH.
Adapun Para Rasul / Nabi termasuk Rasul/Nabi Muhammad S.A.W diutus oleh ALLAH untuk memberikan mendawahkan peringatan dan kabar gembira berupa Petunjuk dan Cahaya dari ALLAH dalam Kitab Suci Taurat, Injil dan terakhir Kita Suci Al Quran maupun Sunnah /Hadist Rasul/Nabi Muhammad S.A.W.
Adapun Para Rasul / Nabi termasuk Rasul/Nabi Muhammad S.A.W diutus oleh ALLAH untuk memberikan mendawahkan peringatan dan kabar gembira berupa Petunjuk dan Cahaya dari ALLAH dalam Kitab Suci Taurat, Injil dan terakhir Kita Suci Al Quran maupun Sunnah /Hadist Rasul/Nabi Muhammad S.A.W.
Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetap ALLAH-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki NYA
Kita sebagai umat islam, diminta oleh Rasul untuk menyampaikan atau berdakwah atas ayat ALLAH kepada sesama manusia meskipun hanya satu ayat....
- STATUS DAN KEDUDUKAN NABI ISA DALAM KITAB SUCI AL QURAN.
Terkait Penjelasan ALLAH mengenai status dari Nabi ISA, maka dalam Kitab Suci Al Quran kita dapat temukan beberapa ayat yang menerangkan Status Nabi Isa antara lain sebagai berikut :
Surat AL Maidah ayat 75
Copy Cut Paste Mulai Salin
75.[4] Al Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran, keduanya biasa memakan makanan[5]. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (yang menunjukkan keesaan Kami) kepada mereka (Ahli Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari kebenaran).
Surat Al Maidah 5 ayat 116
Terjemahan :
"Mulai Salin"
116, Dan (ingatlah) ketika ALLAH berfirman :
Hai Isa Putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia : " Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain ALLAH?" Isa menjawab : "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan -nya maka tentunya Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.
117. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka, kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku mengatakannya yaitu : "Sembahlah ALLAH Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada diantara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.
118. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
"Selesai Salin"
Bahkan dalam AL Quran, Surat Al Maidah (Hidangan) ayat 72 , ALLAH mewahyukan :
Terjemahannya :
Mulai Salin :
72. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: Sesungguhnya ALLAH adalah Al Masih Putera Maryam, padahal Al Masih (sendiri) berkata: :"Hai Bani Israel Sembahlah ALLAH Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) ALLAH, maka pasti ALLAH mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi .orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
"Selesai SALIN"
Demikianlah sementara tulisan dari Penulis di siang hari ini yang diedit pada malam hari serta diedit lagi tanggal 30 April 2020.
Jakarta, 31 Agustus 2019 terkahir diedit 30 April 2020.
Agung Supomo Suleiman