- Metode Paling Rileks Menghafal Quran :http://sepertigarindu.wordpress.com/2012/05/01/metode-position-metode-paling-rileks-dalam-menghapal-quran/
Penulis menemukan jawaban mengapa Penulis seringkali merasakan adanya Gelombang di Otaku yang sama sekali bukan karena Penulis perintah melainkan, bergelombang sendiri dengan suatu irama yang teratur Ibaratnya Detaknya Jantung kita yang berdetak tanpa perintah atau kemauan dari kita.
- Nampaknya mungkin bagian otak yang mengeluarkan Gelombang yang teratur dengan suatu irama tertentu dan terasa, adalah hasil atau buah dari seringkali kita mendengarkan Ayat Al Quran lewat Digital Al Quran yang biasa Penulis mendengarkan secara berulang -- ulang satu kalimat per satu kalimat sampai 9 kali, dimana Digital ini Buatan Korea, seperti terlihat dalam Photo Digital Al Quran; ALLAH - lah yang Maha Mengetahui apa sebenarnya yang dirasakan atau adanya efek getaran gelombang di otak kita sebagai akibat seringkali mendengarkan Digital Al Quran yang berulang-ulang 9 kali setiap satu kalimat dari Surat Al Quran yang sedang kita dengarkan dan juga baca sekaligus artinya. Sistim Pengulangan 9 kali ini memang didesign oleh pembuat Digital Al Quran tersebut. Kita tinggal menggunakannya.
Kita bisa mendapatkan ilmu yang menarik dari membaca Tulisan diatas yaitu dari :
Metode Paling Rileks Menghafal Quran :http://sepertigarindu.wordpress.com/2012/05/01/metode-position-metode-paling-rileks-dalam-menghapal-quran/
Yang Penulis akan Cut Paste dan Share disini supaya kita bisa menambah Pengetahuan Pengertian Otak Bawah Sadar tersebut :
Quote ( SALINAN):
Kedua, efektivitas belajar dengan cara melibatkan otak tak sadar masih diragukan hasilnya. Pemikiran seperti ini bisa dimengerti, karena otak tak sadar adalah ”otak liar” yang bekerja otonom dan tak bisa diperintah, sehingga hasilnya juga tak terukur. Kita, yang berada dalam kondisi sadar, juga tak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh otak tak sadar. Apakah ia sedang belajar, bekerja, atau malah main umpet, huehuehue…
Level 1. Tak Sadar, kalau Tak Mampu (Incompetent-Unconscious)
Masa-masa balita adalah masa-masa yang ‘pantas’ untuk menghuni level 1. Pada masa itu, kita tak sadar bahwa kita tak memiliki kemampuan terhadap sesuatu. Kita tak sadar kalau tak bisa naik sepeda/mobil, tak bisa berenang, dll. Ketika menginjak remaja/dewasa, sudah selayaknya kita beranjak dari level 1. Karena hanya orang2 jahiliah, orang yang bebal dan tak mau belajar yang masih pantas menghuni level ini…huehue…
Level 2. Sadar, kalau Tak Mampu (Incompetent-Conscious)
Orang yang berada pada level 2, adalah orang yang tercerahkan. Ketika sadar tak memiliki kemampuan (kompetensi) di suatu bidang, ia punya tekad kuat untuk belajar. Ia akan menempuh cara apapun, untuk mengasah kemampuannya. Di masa kecil, ketika kita sadar bahwa jarak rumah dan sekolah cukup jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki, pada saat itulah mungkin kita mulai tergerak untuk belajar bersepeda.
Level 3: Sadar kalau Mampu (Competent-Conscious)
Ada baiknya lebih berhati-hati jika sudah mencapai level 3 ini! Karena kadangkala, kemampuan /kepiawaian akan memicu keangkuhan/kesombongan. Mungkin akan muncul perasaan bahwa orang lain tak lagi se-‘level’ dengan kita, sehingga kemampuan mereka hanya dipandang sebelah mata. Maka alangkah baiknya, jika sudah berada di level 3, kita mulai tergerak untuk berbagi ilmu/kemampuan kepada orang lain.
Level 4: Tidak Sadar kalau Mampu (Competent-Unconscious)
Itu juga menjelaskan mengapa setelah mahir bersepeda atau bermobil, kita tak perlu berpikir lagi mana yang akan ditarik/diinjak, ketika mendapati halangan di depan kita. Bahkan, jika tiba-tiba ada kendaraan lain yang nyelonong memotong jalan, kaki kita secara reflek (bawah sadar) akan menginjak rem, bukannya gas.
Kemampuan sadar (level 3) yang dilakukan berulang-ulang inilah yang akan melahirkan kemampuan bawah sadar (reflex yang bersifat otomatis). Dengan cara inilah sesungguhnya ‘otak liar’ bisa diprogram. Dengan cara ini jugalah metode Position© bekerja efektif dalam menghapal Qur’an.
Nah, teknisnya gimana?
Unquote( SELESAI SALINAN)
Berdasarkan Ilmu pengetahuan yang Penulis peroleh dari membaca Tulisan diatas yang bisa kita peroleh dario Website Metode Paling Rileks Menghafal Quran :http://sepertigarindu.wordpress.com/2012/05/01/metode-position-metode-paling-rileks-dalam-menghapal-quran/,
maka, Penulis Insya ALLAH bisa mendapatkan jawaban mengapa Penulis seringkali dapat merasakan adanya Gelombang Otak yang sama sekali bukan Penulis perintahkan atau atur, melainkan bergelombang sendiri dengan Suatu Rythme dan Irama tertentu yang teratur dan berbeda satu dengan lainnya, yang terjadi di Otak Bawah Sadar, yang kemungkinan besar adalah hasil dari Penulis seringkali mendengarkan Al Quran sambil tiduran, melalui Digital AL Quran berulang-ulang kali ayat demi ayat satu kalimat demi satu kalimat sampai 9 kali dan dapat diulang kembali, dimana Instrumen Digital Al Quran ini Penulis peroleh dari Isteri dan anak2 Penulis sebagai Hadiah Ulang Tahun;
Metode Paling Rileks Menghafal Quran :http://sepertigarindu.wordpress.com/2012/05/01/metode-position-metode-paling-rileks-dalam-menghapal-quran/
Yang Penulis akan Cut Paste dan Share disini supaya kita bisa menambah Pengetahuan Pengertian Otak Bawah Sadar tersebut :
Quote ( SALINAN):
Apakah Metode Position© itu?
Metode
Position© adalah metode menghapal Qur’an yang dilakukan pada saat
menjelang tidur (Posisi tetha) dan pada saat tidur (posisi delta).
Benarkah metode ini paling rileks?
Adakah aktivitas lain yang lebih relaks daripada Position© alias tidur?
Dalam
keadaan tidur, Gelombang otak yang terpancar lebih sedikit (0-4 Hz)
dibanding dalam keadaan sadar (4-25 Hz). Makin sedikit gelombang yang
dipancarkan, kinerja otak akan makin santai.
Bagaimana Metode Position© bekerja?
Proses
belajar (termasuk menghapal) sesungguhnya hanya melibatkan 10 % otak
sadar. Sisanya, 90 %, melibatkan otak tak sadar. Dari fakta ini, sudah
sangat jelas, bahwa proses pembelajaran sebenarnya lebih banyak
berlangsung melalui proses ketidaksadaran daripada kesadaran. Proses belajar secara tak sadar inilah yang akan lebih banyak dipakai dalam Metode Position©.
Lantas, mengapa kebanyakan orang masih memilih belajar dengan otak sadarnya, bila efektivitasnya hanya 10% ?
Ada dua hal yang menjadi penyebab.
Pertama, tak banyak yang tahu fakta tersebut di atas, sehingga eksperimen-eksperimen yang pada akhirnya melahirkan metode baru, kesemuanya selalu melibatkan otak sadar.
Pertama, tak banyak yang tahu fakta tersebut di atas, sehingga eksperimen-eksperimen yang pada akhirnya melahirkan metode baru, kesemuanya selalu melibatkan otak sadar.
Kedua, efektivitas belajar dengan cara melibatkan otak tak sadar masih diragukan hasilnya. Pemikiran seperti ini bisa dimengerti, karena otak tak sadar adalah ”otak liar” yang bekerja otonom dan tak bisa diperintah, sehingga hasilnya juga tak terukur. Kita, yang berada dalam kondisi sadar, juga tak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh otak tak sadar. Apakah ia sedang belajar, bekerja, atau malah main umpet, huehuehue…
Kalau otak tak sadar tak bisa diperintah, bagaimana mungkin belajar (menghapal) dengan memakai cara itu?
Otak
tak sadar/bawah sadar sebenarnya bukannya tak bisa diperintah. Otak tak
sadar memang tak bisa diperintah secara langsung. Namun ia bisa
diperintah secara tak langsung, dengan cara melatihnya berulang-ulang.
Ia harus diprogram secara sadar dahulu, agar bisa berfungsi tak sadar.
Lalu, bagaimana memogramnya?
Ada 4 level kompetensi yang dimiliki setiap manusia, yakni:
Level 1. Tak Sadar, kalau Tak Mampu (Incompetent-Unconscious)
Masa-masa balita adalah masa-masa yang ‘pantas’ untuk menghuni level 1. Pada masa itu, kita tak sadar bahwa kita tak memiliki kemampuan terhadap sesuatu. Kita tak sadar kalau tak bisa naik sepeda/mobil, tak bisa berenang, dll. Ketika menginjak remaja/dewasa, sudah selayaknya kita beranjak dari level 1. Karena hanya orang2 jahiliah, orang yang bebal dan tak mau belajar yang masih pantas menghuni level ini…huehue…
Level 2. Sadar, kalau Tak Mampu (Incompetent-Conscious)
Orang yang berada pada level 2, adalah orang yang tercerahkan. Ketika sadar tak memiliki kemampuan (kompetensi) di suatu bidang, ia punya tekad kuat untuk belajar. Ia akan menempuh cara apapun, untuk mengasah kemampuannya. Di masa kecil, ketika kita sadar bahwa jarak rumah dan sekolah cukup jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki, pada saat itulah mungkin kita mulai tergerak untuk belajar bersepeda.
Demikian
pula dengan mengendarai mobil . Jika sadar tak mampu berkendara, kita
bisa mulai ikut kursus mengemudi atau belajar gratis dari teman. Jika
sadar tak mampu beli mobil, kita bisa pinjem mobil teman, tetangga atau
mobil kantor sebagai bahan uji coba…huehuehue…
Level 3: Sadar kalau Mampu (Competent-Conscious)
Orang
yang berada pada level 3 adalah orang yang terdeterminasi. Ia teruji
oleh waktu, yang bisa membuatnya menjadi piawai/ahli dalam suatu hal.
Belajar sepeda misalnya. Perlu waktu untuk terjatuh berkali-kali dulu,
sebelum akhirnya benar-benar mahir bersepeda. Demikian juga dengan
belajar dalam hal yang lain.
Ada baiknya lebih berhati-hati jika sudah mencapai level 3 ini! Karena kadangkala, kemampuan /kepiawaian akan memicu keangkuhan/kesombongan. Mungkin akan muncul perasaan bahwa orang lain tak lagi se-‘level’ dengan kita, sehingga kemampuan mereka hanya dipandang sebelah mata. Maka alangkah baiknya, jika sudah berada di level 3, kita mulai tergerak untuk berbagi ilmu/kemampuan kepada orang lain.
Level 4: Tidak Sadar kalau Mampu (Competent-Unconscious)
Otak
memiliki kemampuan untuk ‘memindai’ kebiasaan. Dan kebiasaan yang
dilakukan secara berulang kali akan ditandai (high-light marking) &
dibuatkan ‘jalan pintas’(shortcut). Jalur pintas itulah yang memangkas
proses berpikir, dari proses yang bersifat sadar menjadi tak sadar.
Karena
itulah, kalau kita sudah berulang kali pergi ke kantor melalui rute
jalan yang sama, maka dengan melamun pun, kita bisa sampai di tempat
yang sama dengan rute yang sama juga. Di perempatan jalan, otak tak
perlu lagi diperintah: harus belok kanan/kiri ataukah lurus. Ia sudah
otomatis sudah bisa mengambil keputusan sendiri secara otonom.
Itu juga menjelaskan mengapa setelah mahir bersepeda atau bermobil, kita tak perlu berpikir lagi mana yang akan ditarik/diinjak, ketika mendapati halangan di depan kita. Bahkan, jika tiba-tiba ada kendaraan lain yang nyelonong memotong jalan, kaki kita secara reflek (bawah sadar) akan menginjak rem, bukannya gas.
Kemampuan sadar (level 3) yang dilakukan berulang-ulang inilah yang akan melahirkan kemampuan bawah sadar (reflex yang bersifat otomatis). Dengan cara inilah sesungguhnya ‘otak liar’ bisa diprogram. Dengan cara ini jugalah metode Position© bekerja efektif dalam menghapal Qur’an.
Nah, teknisnya gimana?
Ah, itu mudah…
Pertanyaannya…WANI PIRO…huehueheu
Unquote( SELESAI SALINAN)
Berdasarkan Ilmu pengetahuan yang Penulis peroleh dari membaca Tulisan diatas yang bisa kita peroleh dario Website Metode Paling Rileks Menghafal Quran :http://sepertigarindu.wordpress.com/2012/05/01/metode-position-metode-paling-rileks-dalam-menghapal-quran/,
maka, Penulis Insya ALLAH bisa mendapatkan jawaban mengapa Penulis seringkali dapat merasakan adanya Gelombang Otak yang sama sekali bukan Penulis perintahkan atau atur, melainkan bergelombang sendiri dengan Suatu Rythme dan Irama tertentu yang teratur dan berbeda satu dengan lainnya, yang terjadi di Otak Bawah Sadar, yang kemungkinan besar adalah hasil dari Penulis seringkali mendengarkan Al Quran sambil tiduran, melalui Digital AL Quran berulang-ulang kali ayat demi ayat satu kalimat demi satu kalimat sampai 9 kali dan dapat diulang kembali, dimana Instrumen Digital Al Quran ini Penulis peroleh dari Isteri dan anak2 Penulis sebagai Hadiah Ulang Tahun;
- Penulis sangat bersyukur pada Era Global Komunikasi Lewat Media Internet, karena Penulis dapat memperoleh banyak jawaban atas kejadian yang dialami oleh Penulis lewat "Tanya Google" di Internet ini, karena banyak sekali para penulis yang membagi ilmu mereka dengan kita sehingga kita bisa saling melengkapi ilmu dan pengalaman yang positif tentunya, sehingga bisa memperluas jaringan Network Silaturahmi Yang Positif secara Horizontal - Hablu Mina Nas (hubungan dengan sesama manusia) dan makhluk Binatang, Batu2an, dimana ujung dari Jaringan tersebut secara "Vertikal Keatas" yaitu Hablu Mina LLAH adalah Kepada ALLAH melalui Kitab2 Suci yang telah diturunkan oleh ALLAH Sang Maha Pencipta melalui Rasul dan para Nabi yang mendapatkan wahyu melalui Malaikat yang merupakan Makluk Gaib yang di Ciptakan oleh ALLAH dari Materi Cahaya "Nur".
- Syarat2nya adalah terdapat dalam Al Quran sendiri yang seringkali di uraikan secara sistimatis oleh Para Uztad dalam Kuliah Subuh baik di Mesjid Al Mukhlisin, antara lain Ustad Elfa, Ustad Ir.Furqon, maupun mendengarkan Ustad Mansyur di TV Anteve setengah jam pagi jam 5.00 pagi sampai 5.30 yang juga bisa kita lihat dalam Website Ustad Yusuf Mansyur
- Dengan kita banyak mengingat ALLAH (DzikruLLAH) baik kita sedang duduk, berjalan, berbaring maka Insya ALLAH hati kita merasa tenang dan tidak kemerungsung atau gundah gulah/gelisah tak menentu, sehingga cara Kita Melihat dan Memandang Dunia yang sama, akan berbeda dengan jika kita tidak mau baik secara sengaja atau tidak sengaja mengingat ALLAH;
- Namun di Era Komunikasi Global misalnya lewat Internet, maka Dunia terasa begitu Kecil meskipun jaraknya secara Geographis jauh, karena kita bisa berkomunikasi secara Instant melalui Media Internet baik email, maupun media pembuatan Blog, Website maupun dibantu dengan Facebook didalam menshare ilmu dan pengalaman kita masing-masing;
- Kita tidaklah dapat memaksakan segala sesuatu kepada orang lain namun kita adalah "Sangat Bebas" untuk Memaksanakan Diri Kita sendiri untuk secara Sadar mau mencari dan menemukan Kebenaran Yang Hakiki khususnya mengenai kenapa kita berada secara nyata didunia ini dengan nasib dan rejeki maupun pengalaman yang berbeda-beda satu dengan lainnya, dan juga kenapa ada Kematian setelah Kehidupan kita didunia ini, dan bagaimana keadaan setelah kita mati dikubur sendiri dalam Kuburan yang kurannya sebadan kita, akan kemanakah kita setalah kematian tersebut;
Hal yang Ghaib atau belum kita ketahui ini, karena tidak ada orang yang Meninggal kemudian kembali bangun dan hidup untuk menceritakan pengalamannya kepada kita mengenai keadaan dialam kubur tersebut, sehingga kita haruslah mencari Sumber yang bukan Dongengan atau Takhayul atau Khayalan/Fantasi dari diri kita sendiri yang tidak berujung pangkal maupun akhir, melainkan kita haruslah mencari dengan sungguh-sungguh secara membuka diri baik pikiran, akal maupun Qalbu (hati) kita atas suatu Pedoman atau Petunjuk dari Sang Maha Pencipta Kehidupan dan kematian untuk mengetahui hal-hal yang berada di Dimensi setelah kita Mati dikubur, tanpa ada keraguan secuilpun.
- Pedoman ini tentunya "harus dapat dibaca oleh semua orang tanpa terkecuali", dimanapun kita berada dibelahan dunia ini, sehingga tidak ada Diskriminasi Informasi, karena semua manusia baik kaya, miskin maupun apapun kedudukan serta etnisnya, diberikan kesempatan yang sama sewaktu manusia tersebut hidup didunia ini, untuk dapat memperoleh serta membaca Kitab Suci tersebut, sehingga tidak ada alasan untuk mengelak dan menyatakan tidak tahu dan tidak pernah diberi tahu.
Ok Sekian Dahulu Tulisan Penulis Malam ini
Jakarta, 19 Maret 2013 d edit tanggal 20 Maret 2016....
Agung S.Suleiman